Minggu, 06 Juli 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG

DI KALA AKU TERTAWA

Aku berkata pada diriku sendiri. Aku hidup, karena memang aku masih merasakan hembusan nikmat yang tak kudapat di planet lain. Waktu cukup tau sedikit banyak mengenai alur hidupku. Bahkan, ia menjadi saksi bisu bagaimana sekarang aku berkelana ke negeri imajinasi untuk melukis kata yang tak kudapat secara kilat. Ada banyak hal yang membuatku berpikir mengapa kita jatuh? mengapa kita harus mengalami yang namanya kegagalan? mengapa harus ada yang namanya kesalahpahaman? mengapa bisa kamu, dia, mereka menangis? mengapa aku bisa TERTAWA?

Semburat ungu melumuri sendu yang lama tak hilang dari pelupuk hatiku. Selama itu juga aku menertawakan diriku yang tak berdaya oleh waktu. Ya, aku tercabik dan teriris oleh waktu bak pedang mengiris total cabai dapur. Sangat mudah. Aku terkoyak oleh panas dinginnya hawa nafsu yang tak diam ketika aku menundukkan hatiku. Aku menjadi korban karena tak jua menunjukkan perlawanan. Dan kini, aku TERTAWA ketika kesulitan membelit sebagian perasaan.

Kita jatuh. Allah ingin kita berdiri dengan mengingat-Nya kembali. Kita gagal. Allah ingin memberikan keberhasilan yang lebih besar di lain hari. Kita salah paham. Allah ingin kita membangun komunikasi. Kamu, dia, mereka menangis. Allah ingin kita saling menguatkan. Aku tertawa. Allah ingin aku merasakan perbedaan. Perbedaan antara di kala aku TERTAWA dan di kala aku MENANGIS. 

0 komentar: