Sabtu, 22 Februari 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG
TELUR AYAM

­
            Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi telur ayam untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh. Namun, agaknya konsumsi telur di Indonesia yang notabenenya kaya potensi alam untuk peternakan justru membuat kewalahan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan telur dalam negeri. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas telur dalam negeri yang masih tergolong rendah.
            Realitanya, telur yang didistribusikan dari peternak ke pedagang kecil kualitasnya belum bisa dibilang layak. Ada yang di permukaan cangkangnya tesisa kotoran ayam, ada juga yang retak dan permukaannya tidak sempurna. Akibatnya, pembeli tidak bergairah untuk membeli telur ayam dalam negeri. Berbeda dengan telur ayam impor yang kualitas luarnya dipoles sedemikian rupa hingga pembeli percaya dan memutuskan untuk mengonsumsinya.
            Sebetulnya, banyak cara sederhana yang mudah dilakukan untuk memperbarui strategi pemasaran telur dalam negeri agar bisa menyaingi telur impor, seperti membersihkan telur sebelum didistribusikan ke pedagang-pedagang, memisahkan warna dan ukuran telur agar seragam, dan menyeleksi telur yang tidak layak dipasarkan. Cara-cara tersebut begitu sederhana, tapi seakan diabaikan dan hanya menjadi iming-iming kata “telur berkualitas” dalam benak masyarakat kita, khususnya para peternak ayam petelur lokal.
            Begitu banyak ide yang dapat diaplikasikan dalam “mempercantik” permukaan luar dan kualitas di dalam telur tersebut. Salah satunya adalah dengan mengemas satu kilogram telur dalam kotak berlabel yang dibuat semenarik mungkin dan kemudian kotak tersebut disegel. Jika perlu, di luar kemasan telur tersebut diberi cap halal agar pembeli lebih percaya dan yakin bahwa telur yang dibeli itu layak untuk dikonsumsi.
            Selain mempercantik kemasan untuk pemasaran dalam negeri, sebetulnya banyak peluang ekspor telur ayam ke negara-negara Asia dan sekitarnya. Namun, peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh civitas Indonesia, khususnya oleh pemerintah dan peternak ayam petelur lokal. Pasalnya, meskipun kualitas telur ayam Indonesia terbilang baik, tetapi tampilan luarnya berbanding terbalik dengan kualitas di dalam telurnya. Ketidakseragaman ukuran dan permukaan cangkang yang tidak steril menyebabkan negara pengimpor berpikir ulang untuk menerima telur dari Indonesia.

            Agaknya jelaslah bagi kita semua bahwa produksi dan distribusi telur ayam dalam negeri dengan keadaan seperti sekarang ini harus mulai diubah ke arah yang lebih baik. Dampaknya bukan hanya bagi individu, melainkan sampai ke pemasukan devisa negara. Dengan perubahan pola pengemasan dan pembersihan telur ayam, masyarakat akan merasa aman mengonsumsi telur. Tidak takut terkontaminasi oleh kotoran yang melekat di cangkangnya ataupun zat-zat lain yang disuntikkan ke dalamnya. Selain itu, telur ayam dalam negeri dapat memperluas pasar sampai ke luar negeri dan itu artinya menambah devisa negara.                                                                                              

Dian Nur Amalia 

UNTAIAN KALBU

Tangis...
Kesedihan merajalela...
Bukan soal cinta atau persoalan dunia
Ini cerita tentang hati yang gulana
Merasa lalai terhadap perintah-Nya
Takluk oleh dunia
Tanpa ada pikir ke arah akhiratnya


Tawa...
Muncul tidak seketika
Butuh melepas kegulanaan dan cengkraman yang ada
Mengingat salah, khilaf dan nestapa
Memohon ampun kepada Yang Mahakuasa
Memohon yang terbaik dan yang terbaik
Memohon ditunjukkan jalan yang lurus

Allahu rabbi... 
Ampunkanlah dosaku
Serta dosa orang tua dan adik-adikku
Jadikanlah tangis kami dengan sebab dosa kami kepada-Mu
Dan jadikanlah tawa kami sebagai wujud rasa syukur kami kepada-Mu

Allahu rabbi...
Tuhan semesta alam yang tak pernah tertidur
Tuhan yang selalu mengawasi tiap milisekon gerak-gerik alam semesta
Tuhan yang Maha Pengampun
 Tuhan yang Maha segalanya

Ingin rasanya bahagia dalam hati
Syarat itu pasti ada
Setelah syarat, kunci pasti ada
Kunci bahagia dan damai hati itu

Dengan shalat dan sabar!

DNA


Selasa, 18 Februari 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG

INSTRUMEN HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL HAM


1.      INSTRUMEN HAM INTERNASIONAL
Banyak pakar HAM yang berpendapat bahwa lahirnya gagasan terhadap jaminan hak asasi manusia dimulai dengan adanya perjanjian Magna Charta. Akan tetapi tidak sedikit pula yang meyakini bahwa jaminan HAM sesungguhnya telah tertampung sejak 600 tahun sebelumnya tepatnya dengan lahirnya piagam Madinah pada masa awal Islam. Bahkan menurut Almaududi, perlindungan yang terangkum dalam Piagam Madinah ini lebih komperhensif jika dibandingkan dengan konsep Ham dalam Magna Charta.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mendapatkan pengakuan terhadap HAM harus melalui perjalanan yang sangat panjang. Oleh karena itu patut kita syukuri bahwa sekarang HAM sudah diakui secara Internasional. Dengan demikian HAM dapat ditegakkan tanpa batas ruang dan waktu.
Pengakkan HAM secara internasional didasarkan pada instrument Ham internasional yang terdiri atas berbagai jenis dasar hukum seperti berikut :
A.    Declaration by United Nation (Deklarasi Perserikatan Bangsa – Bangsa)
Deklarasi Perserikatan Bangsa – Bangsa diterbitkan pada tanggal 1 January 1942. Pernyataan tentang HAM dalam deklarasi PBB ini tercermin dalam penggalan kalimat yang berbunyi “bahwa kemenangan adalah penting untuk menjaga kehidupan, kebebasan, independence, dan kebebasan beragama serta untuk mempertahankan Hak Asasi Manusia dan keadilan.”
Berkaitan dengan hal tersebut Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rossevelt, memberikan pesan yang ditujukan kepada kongres tentang 4 (The four freedom) yang diupayakan untuk dipertahankan di dalam perang. 4 kebebasan tersebut sebagai beikut :
1.      Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan (Freedom of Speech)
2.      Kebebasan beragama (Freedom of Religion)
3.      Kebebasan dari ketakutan (Freedom from Fear)
4.      Kebebasan dari kekurangan (Freedom from Want)

B.      Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal HAM)
Setelah perang dunia II selesai, PBB akhirnya dapat menghasilkan Uiversal Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember1948 yang terdiri atas 30 pasal. Pernyataan umum HAM atau Deklarasi Universal HAM ini dipengaruhi oleh 4 macam kebebasan yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rossevelt yang telah dijelaskan di atas. Adapun rincian Ham dalam piagam HAM PBB sebagai berikut :
1.      Hak Kebebasan Politik (Pasal 2 – 21), berisi kebebasan mengeluarkan pendapat dan berserikat
2.      Hak Sosial (Pasal 22 – 23), berisi antara lain kebebasan memperoleh pekerjaan
3.      Hak Beristirahat dan Hiburan (Pasal 24)
4.      Hak akan Tingkatan Dasar Penghidupan yang Cukup Bagi Penjagaan Kesehatan dan Keselamatan serta Keluarganya
5.      Hak Asasi Pendidikan (Pasal 26), antara lain berisi kebebasan memperoleh pendidikan
6.      Hak Asasi dalam Bidang Kebudayaan (pasal 27)
7.      Hak Asasi menikmati kehidupab social dan internasional (Pasal 28)
8.      Kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi dalam melaksanakan hak asasi (Pasal 29 – 30)

Meskipun pernyataan HAM PBB tersebut bukan merupakan konvension atau perjanjian yang harus ditaati oleh semua anggota PBB, semua anggota PBB secara moral berkewajiban untuk melaksanakan pernyataan tersebut. Sekalipun suatu Negara berusaha untuk mengikuti pernyataan tersebut, pada kenyataan pelaksanaannya disesuaikan dengan kepentingan nasional tiap – tiap Negara.

C.    Deklarasi Wina tentang HAM bagi NGO
Pada tahun 1973, 2 tahun setelah bubarnya Uni Soviet, di Wina diadakan kofrensi tentang HAM untuk organisasi – organisasi non pemerintah yang menghasilkan deklarasi Wina tentang HAM bagi NGO. Deklarasi ini mengeaskan keuniversalan HAM dan keharusan penerapannya secara menyeluruh atas umat manusia tanpa memperhatikan perbedaan latar belakang budaya dan hukum setempat. Deklarasi ini juga menolak klaim nuansa perbedaan HAM antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya.

2.      KASUS – KASUS PELANGGARAN HAM INTERNASIONAL
Pada dasarnya kasus – kasus terjadinya pelanggaran HAM sangat marak terjadi dan telah berlangsung sejak lama. Akan tetapi, perhatian dunia internasional yang diwakili oleh PBB tampak meningkat setelah terjadinya Perang Dunia II yang telah menewaskan banyak umat manusia.
Diantara contoh pelanggarn HAM Internasional yang terjadi menurut urutan waktu sebagai berikut :
a.     1924 di Italia
Benito Mussolini telah mendirikan sekaligus memimpin [aham fasisme di Italia. Ia telah memerintah pada tahun 1924 – 1943 dengan sangat otoriter. Lawan – lawan politik yang tidak segaris dengan pemikirannya ditangkap dan dibunuh. Mussolini telah menduduki Negara asing seoerti Etiophia dan Albania. Ia juga salah seorang pencetus Perang Dunia II dan berkoalisi dengan Hitler untuk melawan sekutu
b.     1933 di Jerman
Adolf Hitler yang berhasil memenangkan pemilu melalui Partai Buruh Jerman Sosialis memimpin Jerman dengan sangat otoriter. Banyak kejahatan kemanusiaan pada waktu itu. Misalnya dengan penangkapan secara masal terhadap lawan – lawan politiknya, pembasmian terhadap orang – orang yahudi, menduduki Chekoslovakia dan Austria serta memicu tejadinya PD II.
c.     1960 di Republik Afrika Selatan
Ketika rezim apartheid yang didominasi orang – orang kulit putih berhasil menguasai pemerintahan di Afrika Selatan, mereka melakukan kebijakan yang merugikan warga kulit hitam. Diantara peristiwa yang memakan korban adalah terbunuhnya 77 orang dari kalangan sipil pada peristiwa Sharpeville. Demikian juga pada tahun 1976 terjadi peristiwa berdarah yang menewaskan banyak warga sipil, terutama murid – murid sekolah.
d.     1979 di Uni Soviet
Negara Uni Soviet atau sekarang Rusia telah melakukan penyerangan berkepanjangan di Afganistan yang berlangsung pada tahun 1979 hingga 1990 an. Sejumlah pasukan perang sebanyak 85 ribu tentara didatangklan dari Uni Soviet untuk bertempur di Afganistan sehingga makan banyak korban, baik militer maupun sipil.
e.     1992 – 1995 di Serbia Bosnia
Pada tahun 1992 – 1995 terjadi perang di Bosnia yang dipimpin oleh Radofan Karadzic. Dalam perang di Bosnia tersebut terjadi pembunuhan masal terhadap 8000 warga muslim Bosnia di Srebenica. Srebenica adalah daerah kantong bagi penduduk Muslim Bosnia. Dalam perang tersebut Radofan Karadzic bertekad untuk melakukan pembersihan etnis kepada warga non Serbia.



3. PERADILAN INTERNASIONAL HAM
            Peradilan Internasional mengandung pengertian upaya penyelesaian masalah dengan menerapkan ketentuan – ketentuan hokum internasional yang dilakukan oleh peradilan internasional yang dibentuk secara teratur. Peradilan internasional ini dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan badan – badan peradilan lainnya. Berkaitan dengan upaya penanganan pelanggaran HAM internasional, ada beberapa peradilan yang mempunyai kewenangan untuk melakasanakannya seperti berikut.
a.     Mahkamah Pidana Internasional (Intenational Crime Court)
International Crime Court merupakan pengadilan internasional yang bersifat permanent untuk mengadili para pelaku kejahatan internasional. ICC dibentuk berdasarkan perjanjian antarnegara yang diber nama Rome Statute of the International Criminal Court atau popular dengan sebutan Statuta Roma tahun 1998. Komunitas internasional melalui Statuta Roma telah menyepakati adanya 4 jenis kejahatan yang masuk dalam kategori kejahatan internasional sebagai berikut :
1)     Kejahatan genosida (The crime of genocide)
2)     Kejahatan kemanusiaan (Crimes against humanity)
3)     Kejahatan perang (War crimes)
4)     Kejahatan perang agresi (The crime of aggression)
Berdasarkan Statuta Roma, Mahkamah Pidana Internasional memiliki yurisdiksi untuk mengadili dan meminta pertanggungjawaban individu/perseorangan (Individual criminal responsibility) yang melakukan, memfasilitasi, dan memberikan perintah sheingga menyebabkan terjadinya kejahatan – kejahatan yang berada dalam lingkup kejahatan internasional. Keberadaan ICC telah efektif sejak tanggal 1 Juli 2002 setelah 60 negara meratifikasinya. Namun, ICC berlaku bagi Negara – Negara yang telah meratifikasinya. ICC mempunyai wewenang untuk mengadili kejahatan – kejahatan HAM internasional seperti yang tercantum dalam Statuta Roma.
Selain itu, ICC juga dapat mengadili kasus pelanggaran dengan didasarkan ata resolusi PBB, jika Negara yang bersangkutan dianggap tidak memiliki atau kemauan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ICC merupakan pengadilan komplementar dari suatu pengadilan nasional. ICC ini berbeda dengan International Court of Justice (ICJ) atau Mahkamah Internasional. Perbedaannya terletak pada kewenangannya. Mahkamah internasional mempunyai kewenangan untuk memeriksa dan memutus kasus sengketa antar Negara (Contentious case) yang lebih bersifat keperdataan serta memberikan fatwa (advisory opinion)


MY MOTHER - UMI


I want to describe about my mother.
My mother’s name is Riyani. She is forty one years old now. She has smooth white skin. Her forehead is wide. My mother has round black eyes. She also has small flat nose and chubby cheek. Her mouth is thick. She always gives me and my daughters’ advices to be good people by her mouth.
My mother has short neck and small shoulders. Her arms are long and not too fat. She has long fingers. Her fingers are longer than mine. Her legs are not too long and not too fat.
She has special characteristic, which is she has many freckles in her body. A big freckle in her face, there is on the left of her mouth or between her mouth and her nose.
My mother is a Mathematics teacher in a school at my town. She dedicates her life for teaching the other people especially her students. Besides teaching at school, she also opens a Mathematics Course in the house. She teaches seriously but so fun.

My mother often advice me and my daughters to help each other and do the best or maximally for our life. She has been patient against our mischief. She is our inspiration. She is our spirit for face our life in the future. She is our motivator. She is really my idol. I love my mother

.

Cerpen

“D-I-O”

Oleh: Dian Nur Amalia


Kita masih bersama. Itu hal yang paling menenangkan hatiku sejak pertama kali aku bertatap muka dengannya. Mengapa? Karena dia adalah Dio. Lelaki berperawakan tinggi, bertubuh kekar dan tegap, serta berdada bidang itu mencuri sebagian hatiku yang masih tersisa sejak hilangnya Dio. Dio yang menghilang adalah Dio kekasihku. Sebulan setelah ia menghilang tanpa jejak, aku menemukan Dio yang baru. Dio yang tidak jauh lebih tampan, tidak jauh lebih pintar, dan tidak jauh lebih perhatian ketimbang Dio-ku. Aku bersyukur masih bisa bersama dia, karena aku punya ambisi lain yang takkan pernah kubongkar ke siapa pun. Ambisi yang kupendam untuk kulumat dalam kenyataan. Aku akan menemukan Dio-ku lagi!
Perhatian adalah hal mustahil yang diberikan Dio kepada semua orang, termasuk kepadaku. Ia begitu dingin. Bahkan, lebih dingin dari es batu bersuhu minus seratus derajat celsius! Sangat dingin! Aku malas menyapanya, tapi aku tak pernah bosan memandang wajahnya! Mengapa? Karena namanya Dio!
Dio adalah sebuah nama yang bukan sekedar nama buatku. Dio mengandung sebuah sejarah. Dulu, ayahku pernah menjadi seorang pelaut. Di saat gelombang tinggi, ia berlayar menuju ke tengah lautan. Di sana, ayah menemukan segerombolan ikan yang berlimpah. Ayah girang bukan main. Saking girangnya, ayah sampai lupa kalau ia berada di atas perahu yang kapan pun bisa oleh tersapu gelombang. Ayah nyaris tertelan gelombang. Ketika ayah akan menjaring gerombolan ikan, seseorang dari arah tak terduga menaiki sebuah perahu karet yang rasanya mustahil berada di tengah lautan yang jauh dari daratan. Orang itu melambaikan tangannya kepada ayah. Ayah tersenyum dengan heran. Orang itu mendekati perahu ayah dan berbicara panjang lebar kepada ayah. Rupanya ia adalah korban kapal tenggelam yang selamat dan sedang mencari daratan. Ia sudah beberapa hari tinggal di lautan lepas. Ia makan ikan mentah yang dipungutnya ketika ikan berlimpah. Jika tidak, ia hanya meminum air laut yang asin. Sungguh miris ayah mendengar cerita orang itu. Ayah tak tega meninggalkan orang itu sendirian. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengajak orang itu ke daratan.
Ayah dan lelaki paruh baya itu semakin hari semakin akrab dan tanpa sekat. Mereka seperti membangun dunia dalam batas yang mereka buat sendiri. Ayah selalu lupa menanyakan nama lelaki itu. Hingga suatu hari, saat ayah hendak melaut lagi, ia menemukan sepucuk surat di kamar lelaki paruh baya itu.
Terima kasih atas bantuanmu. Aku takkan melupakanmu, kawan. Jagalah wanita yang ada di foto yang sekarang kau pegang ini. Aku percaya padamu. Kau percaya aku kan? Jagalah ia dengan hatimu…
Salam hangat,
DIO
Ayah mengerutkan dahi. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia tak mengenali foto wanita yang sekarang ada di tangannya. Ia tak mengerti apa maksud kawannya itu. Ayah bingung. lalu, kepada siapa aku harus bertanya? Pikirnya.
Hampir seminggu ini ayah memutuskan untuk tidak melaut. Ia menyusuri kampung-kampung di tepian pantai demi menemukan wanita yang dimaksud kawannya yang menghilang secara misterius itu. Ayah mencari tanpa kenal putus asa. Tak jarang, ayah hanya beristirahat empat jam dalam sehari. Bahkan, makan dan minum pun tidak teratur. Semuanya berantakan. Hidup ayah seperti terombang-ambing di atas keadaan yang kian menghimpit. ayah benar-benar telah menjadi budak. Ya, ayah beralih pekerjaan dari melaut ke mencari wanita misterius!
Tubuh ayah ceking tak terurus. Rambut ayah panjang sebahu. Ayah seperti seorang seniman jalanan sejati. Ayah tak pernah memperhatikan dirinya sendiri. Ayah yang sendiri, semakin sendiri karena tak kunjung menemukan harta karun yang terpendam entah di belahan bumi mana.
Keterpurukan ayah lenyap ketika diumumkan bahwa telah ditemukan seorang wanita dengan ciri-ciri yang sama dengan wanita dalam foto pemberian lelaki bernama Dio itu. Ternyata wanita itu bernama Sandra. Sayangnya, wanita itu telah meninggal dunia. Ia meninggal sesaat setelah melahirkan bayinya. Bayi hasil perkawinannya dengan seorang lelaki bernama Dio!
Ayah frustasi. Pencariannya seperti sia-sia belaka. Demi membayar kepercayaan Dio, ayah rela merawat bayi lucu yang masih merah itu. Bayi itu dinamainya Dio!
Begitu banyak Dio di bumi ini. Seperti mencuplik sebuah teori dari Charles Darwin tentang seleksi alam, Dio rupanya terserang sindrom “seleksi alam” itu! Kondisi Dio kecil lambat laun melemah. Mungkin ia rela mengalah demi jutaan Dio yang ada di seluruh dunia. Dio akhirnya terseleksi oleh alam dengan tenang!
Begitu panjang riwayat “DIO” dalam kehidupanku dan orang-orang sebelumku. Karena sejarah hidupnya tentang Dio yang amat berkesan baginya pun ayah selalu mendesakku untuk mencari pacar yang bernama Dio. Anehnya, aku tak pernah kesulitan menemukan seorang Dio.
Begitu melimpahnya Dio. Sampai-sampai hidupku dikelilingi oleh jutaan Dio. Mulai dari kakekku, mantan pacarku, tukang ojek depan rumah, sampai tukang kebunku pun namanya Dio!
Dari sekian banyak Dio, kurasa hanya satu Dio yang paling “berbeda”! Dio itu sekarang ada di sampingku. Ia memandangku dengan pandangan semu. Ekspresinya masih saja dingin. Namun, dia tak pernah menolak jika aku menemaninya menghabiskan waktu kesendiriannya. Ya, ‘kedinginannya’ membuatnya seperti terasing. Aku tak mau kehilangan Dio lagi. Cukup Dio-ku yang terseleksi oleh alam. Jangan sentuh lagi Dio yang ini. JJJ 


Selasa, 11 Februari 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG

AKU dan PETERNAKAN

Apa yang akan kulakukan setelah lulus dari peternakan?

Pertanyaan ini mengusik naluriku. Pasalnya, sejak dulu aku tidak pernah bermimpi masuk peternakan. Memegang hewan-hewan ternak saja tidak pernah sama sekali. Tentunya  tidak ada bayang-bayang menjadi seorang sarjana peternakan.

Keyakinanku, Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang mau berusaha. Setelah Allah menakdirkanku masuk dunia peternakan, aku mencoba memahami apa hikmah dari semua ini. Peternakan adalah sektor agro yang tidak pernah lepas dari yang namanya kebutuhan protein hewani bagi kehidupan manusia. Jadi, tidak ada buruknya jika kita berusaha menyelamatkan sektor pangan Indonesia agar tidak terjajah oleh produk luar negeri. Tidak ada salahnya masuk peternakan.

Di fakultas peternakan ini, satu per satu mimpi saya mulai terbangun. Yang awalnya hanya bermimpi menjadi seorang dosen, sekarang banyak sekali coretan impian yang menumpuk dan Insya Allah satu per satu akan terwujud. Selama di fakultas peternakan, banyak juga hal yang ingin saya capai, seperti menjadi juara umum PIMNAS 2014, aktif di organisasi Kerohanian Islam, hafal Al-Quran, menjadi tenaga pengajar di GMMC, keliling Indonesia dengan mengamalkan ilmu yang saya dapat selama belajar, memburu beasiswa, mendapat IP di atas 3,5, dapat berbicara di depan orang banyak, fasih berbahasa Inggris, Jerman dan Arab, bermanfaat bagi orang di sekitar, dan masih banyak lagi.

Semua mimpi itu terbangun di awal saya masuk fakultas peternakan. Motivasi selalu mengalir dari banyak pihak, baik yang sifatnya langsung atau dengan perbuatan. Nah, kalau ditanya tentang apa yang akan saya lakukan setelah lulus, jawaban saya adalah saya akan tetao mengejar mimpi utama saya menjadi seorang dosen sekaligus mencoba berwirausaha budidaya ayam petelur. Mengapa ingin jadi dosen? Mengapa harus ayam petelur?
Menurut saya, dosen sama dengan guru. Perbedaannya hanya pada instansi mana mereka bertempat dan siapa yang diajar. Keduanya sama-sama menyebarkan ilmu, mendidik dengan moral dan etika, dan sama-sama pekerjaan mulia. Saya ingin nantinya saya bisa menjadi seorang pendidik yang berhasil. Menurut saya, pendidik yang  berhasil adalah pendidik yang anak didiknya menjadi orang yang sukses.

Budidaya ayam petelur sangat menguntungkan. Pasalnya, telur adalah salah satu sumber protein hewani yang hampir setiap hari dibutuhkan oleh masyarakat kita. Selain harganya yang terjangkau, telur juga bisa menjadi bahan baku pembuatan kue, makanan ringan, dan produk makanan lainnya.

Selain ingin menjadi dosen dan pengusaha ayam petelur, saya juga ingin membangun rumah pendidikan yang siswanya berasal dari anak peternak dan petani di desa-desa. Di sekolah tersebut nantinya akan diajarkan ilmu-ilmu umum seperti sekolah pada umumnya dan juga plus ilmu agama dan Quran. Itu semua ingin saya lakukan karena saya ingin turut berkontribusi selain di dunia peternakan, juga di dunia pendidikan sebagai perantara bagi mereka menopang masa depan bangsa. Karena masa depan bangsa ada di tangan generasi mudanya.


CINTA MONYETKU

"Cinta monyet itu udah nggak berlaku lagi. Yang ada cuma cinta-cintaan. Bukan cinta yang sesungguhnya. Kalau cinta monyet menjadi cinta sesungguhnya artinya cintamu itu karena Allah. Bukan cinta semu."


        Liburan semester pertama ini aku manfaatkan untuk pulang ke kampung halaman, menebus rasa rindu yang mendalam kepada orang tua dan orang-orang tersayang. Berangkat dari Jogja naik bis dan lima kali ganti bis itu rasanya seru. Apalagi nggak ada temannya. Menambah rasa waspada dan mandiri. Sampai di Tuban, rasanya hati ini senang sekali. Senangnya tak bisa dilukiskan oleh kata-kata pokoknya. Amat senang sekali.
       Allah tampaknya menunda memberikan kenikmatan-Nya padaku. Dua hari di Tuban aku jatuh sakit. Sepertinya sakit ini adalah teguran untukku agar tidak menyia-nyiakan waktu istirahat ketika merantau ke Jogja. Rasanya badan ini tidak menyatu satu sama lain. Semua organ tubuh ini terpisah dan aku berusaha mati-matian untuk menyatukannya kembali saat kepalaku tak henti-hentinya nyut-nyutan. Namun, Allah tidak lama menunda memberikan nikmat-Nya padaku. Tiga hari cukup untuk istirahat total dan bermuhasabah. Mengingat semua kesalahan yang pernah kuperbuat, memperbaiki diri menjadi hamba yang taat.
       Dua hari setelah aku sembuh, ada kabar dari kakak sedaerah yang juga kuliah di Jogja. Ternyata kampusku telah didaftarkan menjadi peserta campus fair di salah satu SMA favorit di Tuban. Rasanya senang karena bisa berbagi informasi dan bertemu orang-orang baru nantinya. Persiapan pun tak luput dari perhatian kami. Aku dan teman-teman seangkatan berusaha mengenal satu sama lain tanpa pandang jurusan A jurusan B, yang jelas kita dari kampus yang sama dengan tujuan yang sama, mengharumkan nama kampus kita.
       Hari H sosialisasi di acara campus fair pun tiba. Di saat mahasiswa dari berbagai kampus sibuk standby di standnya dan meladeni adik-adik yang posisinya sedang jadi client, aku menangkap sosok yang sangat kukenal dan tidak asing di mata. Ups, dia teman SD ku dulu. Nggak nyangka banget bisa tidak sengaja bertemu gini. Ya... aku tahu dia memang sekolah di SMA ini, tapi aku nggak tahu kalau pertemuan ini bisa terjadi. Selama kurang lebih satu setengah jam kita berbincang layaknya sudah bertahun-tahun tidak jumpa. Saat pertama dia menyadari bahwa orang bergamis hijau dengan kerudung senada itu aku, ekspresinya nggak enak banget. Rasanya ingin menjotosnya sampai merah semua mukanya. Hiiih... Menyebalkan. Tidak sampai disitu. Setelah kita cap cip cup intermezo tentang kampus yang akan dia pilih, dia meledekku berkali-kali. Yang dandanannya kayak tante-tante lah, yang pendek lah, yang inilah, yang itulah. Hhhh... rasanya kaki ini pengen nginjek kakinya sampai dia bilang “Ampun ampun! Stop! I’m sorry! Maap maap!” tapi aku nggak mungkin melakukannya. Kita bukan muhrim.
       Kalau boleh jujur, ada rasa senang saat bertemu kembali  dengannya juga rasa rindu pada masa-masa SD dulu. Sering banget kita berantem dan bersaing untuk menjadi yang terbaik di kelas. Walaupun sebenernya ada sesuatu yang terpancar dari matanya saat menatapku. Begitupun aku. Duh, udah kayak sinetron. Hehe. Namanya masih kecil, labil, tapi sekarang semua sudah berubah. Kita sudah punya kehidupan masing-masing, meskipun tidak menutup kemungkinan suatu hari nanti... Sudahlah. Aku yakin pertemuan ini hanyalah suatu kebahagiaan semu semata. Cinta monyet tidak berlaku lagi. Cinta monyet sudah berubah menjadi cinta-cintaan. Bukan cinta yang sesungguhnya. Memang semua hanyalah masa lalu. Tapi bagiku, masa lalu mengajariku lebih dari yang aku tahu. Masa lalu yang membuatku selalu ingin bermuhasabah dan lebih berhati-hati berurusan dengan hati.
DNA


Senin, 10 Februari 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG

BAHAGIA dengan BERBAGI

          Manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa interaksi dan komunikasi dengan manusia lainnya. Salah satu tujuan interaksi tersebut adalah memenuhi kebutuhan hidup masing-masing individu atau kelompok. Nah, setelah kebutuhan terpenuhi, bagaimana perasaan kita? Senang bukan? Ya, itulah yang dinamakan bahagia.
          Pengalaman dari kehidupan pribadi saya, mendapatkan sebuah kebahagiaan saja itu nggak sulit kok. Yang sulit adalah mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Apa itu kebahagiaan sejati? Kebahagiaan sejati adalah sebuah perasaan senang, puas dan gembira saat kita melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu yang berharga untuk orang lain, sedang orang tersebut juga senang dengan apa yang kita berikan padanya. Soal ucapan terima kasih, itu hanya penyejuk hati kita dan pembangun gairah kita untuk terus memberi dan memberi. Berbagi dan terus berbagi.
          Kebanyakan dari kita, menyalahartikan arti sebuah pemberian. Orang yang diberi terkadang bersikap kurang mengenakan di akhirnya. Awalnya, kita yang menawarkan, lambat laun meminta bantuan, lama-kelamaan memerintah kita seenaknya. Sebenarnya memberi itu ada batasannya. Yakni, saat kita harus terfokus pada kepentingan pribadi. Di saat tersebut, timbal balik akan terjadi. Bukan kita yang memberi, namun kita akan mengambil bagian dari pemberian kita terhadap orang lain. Tuhan itu adil. Tidak ada sebuah kebaikan yang tulus tanpa sebuah balasan yang baik. Baik yang memberi atau diberi, semua punya satu tanggung jawab satu sama lain.
                                                                                                            Oleh : DNA

Selasa, 04 Februari 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG

NOSTALGIA SMA

Dengan menurunkan sedikit rasa gengsiku, aku memutuskan untuk menghubunginya lebih dulu. Teman SMA ku ini emang orang yang sedikit unik menurutku. Banyak hal darinya yang tidak aku tahu. Banyak pula cerita lalu yang belum bisa kunalar dengan logika hingga saat ini. Kami memutuskan untuk bertemu, alias aku silaturahim ke rumahnya ceritanya. Sesampainya di sana, aku disambut oleh segelas jus ekstrak markisa asli. Rasanya... Asem manis gimana gitu. Ya seperti kehidupan inilah... kalo manis aja, atau asem aja jadi flat banget, nggak ada gregetnya. 
Banyak hal yang kita bicarakan. Mulai dari komentar-komentarnya tentang gaya berpakaianku yang nonmainstream, hingga masa lalunya yang kurang mengenakkan. Ada satu hal kulontarkan dengan perlahan dan tanpa kuduga dia sangat antusias. Hal itu memang bersifat agak sensitif jika banyak orang tahu, mungkin cukup aku dan dia serta orang-orang tertentu saja yang bisa menerima topik pembicaraan kami ini. Dia banyak berkomentar tentang apa yang kulontarkan, bahkan dia seperti menempatkan dirinya pada posisiku saat itu. Banyak keadaan sulit yang terjadi setelah semua pengetahuan itu kuterima, tapi hal sulit itu adalah sebuah pilihan. Lalu bagaimana jika sudah ada pilihan tapi pilihan tersebut justru sama sekali bukan suatu pilihan yang harus kupilih? Itu hal yang sulit bagiku.
Dia menceritakan diorama kampusnya, begitu juga aku. Dia bercerita berbagai macam bentuk manusia yang ada di sekitarnya selama di kampus, mulai dari borjuis sampai kalangan menengah ke bawah. Aku bercerita tentang diriku yang tambah cerewet setelah jadi anak kuliahan, pengalamanku, teman-temanku di kampus, dan berbagai hal yang kualami selama di fakultas peternakan. Dia yang mendengar ceritaku langsung tertawa ketika aku bercerita kejadian yang nantinya akan kualami, semalaman melototin tingkah laku sapi sambil mengontrol feses dan urin yang keluar. Dia bahkan tertawa seperti takjub dengan sesuatu yang tidak pernah ada di benaknya tentang peternakan. Aku senang karena bisa membuat dia sedikit lebih tahu, betapa detailnya bidang yang kupelajari.
Menjelang siang, kita memutuskan untuk having lunch alias makan siang di foodcourt. Disana, aku memesan nasi goreng hotplate dan coffee choco caramel, sedangkan dia memesan mi goreng hotplate dan capucino coffee. Kami menikmati makan siang sembari ngobrol bak sudah bertahun-tahun tak berjumpa. Dia kembali bercerita tentang temannya yang juga teman SMA kita dulu, kost-annya, cewek-cewek dan cowok-cowok di kampusnya, sampai cucian baju (masalah utama anak kost) pun kebahas juga. Begitu pula aku, Aku menceritakan pengalamanku menjadi guru privat anak SMA yang honornya masih belum seberapa, tentang proyek konsorsium, tentang harga makanan yang murah meriah di Yogya, sampai introgasi dia soal someone. hehe (yang itu nggak perlu disebutin). 
Selepas makan siang, dia minta aku nganterin dia buat nyampulin buku di tempat fotokopian. Di sana, kita ngobrol lagi (biasalah cewek kalo nggak ngobrol mau ngapain? bengong aja?). Yang kita bicarakan sekarang mengenai buku. Buku tebal ala anak kedokteran. Ya, buku yang dia sampulin itu kira-kita tebalnya sepuluh senti dan aku nggak pernah bermimpi bakalan lunas baca buku setebal itu. Kalo dia mah, nggak usah diraguin lagi, kan calon dokter. Hehe. 
Setelah sedikit intermezo tentang bukunya, kita tetap melanjutkan pembicaraan. Kali ini menyangkut masa lalunya. Dulu, tepatnya dua tahun yang lalu dia pernah mau disidang oleh teman-teman sekelasku karena dugaan penyimpangan. Teman-temanku menduga gambar yang katanya dia gambar bukanlah karya originalnya alias buatan orang lain. Mereka protes karena nilai mapel seninya selalu bagus karena gambarannya yang sangat mendekati perfect. Namun, dasar dari tuduhan mereka itu karena mereka nggak pernah liat dia menggambar, timbullah curiga buta itu. Dia yang kutanya tentang alasannya nggak pernah gambar di depan orang lain menjawab kalau memang dirinya nggak bisa menggambar dilihatin orang banyak. Ya semacam kalau belajar gitu lah, perlu konsentrasi penuh. 
Nah, itulah akhir perbincanganku dengan dia. Untuk dia yang di sana... Hopefully you'll enjoy read this! Untuk pembaca yang lain, hikmah yang bisa diambil yaitu jangan pernah menyepelekan sebuah pertemuan, karena dengan pertemuan, meskipun singkat bisa mendatangkan kebaikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Saya DNA, Salam Semangat!