Sabtu, 22 Februari 2014 | By: DIAN - NIDA - BLOG
TELUR AYAM

­
            Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi telur ayam untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh. Namun, agaknya konsumsi telur di Indonesia yang notabenenya kaya potensi alam untuk peternakan justru membuat kewalahan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan telur dalam negeri. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas telur dalam negeri yang masih tergolong rendah.
            Realitanya, telur yang didistribusikan dari peternak ke pedagang kecil kualitasnya belum bisa dibilang layak. Ada yang di permukaan cangkangnya tesisa kotoran ayam, ada juga yang retak dan permukaannya tidak sempurna. Akibatnya, pembeli tidak bergairah untuk membeli telur ayam dalam negeri. Berbeda dengan telur ayam impor yang kualitas luarnya dipoles sedemikian rupa hingga pembeli percaya dan memutuskan untuk mengonsumsinya.
            Sebetulnya, banyak cara sederhana yang mudah dilakukan untuk memperbarui strategi pemasaran telur dalam negeri agar bisa menyaingi telur impor, seperti membersihkan telur sebelum didistribusikan ke pedagang-pedagang, memisahkan warna dan ukuran telur agar seragam, dan menyeleksi telur yang tidak layak dipasarkan. Cara-cara tersebut begitu sederhana, tapi seakan diabaikan dan hanya menjadi iming-iming kata “telur berkualitas” dalam benak masyarakat kita, khususnya para peternak ayam petelur lokal.
            Begitu banyak ide yang dapat diaplikasikan dalam “mempercantik” permukaan luar dan kualitas di dalam telur tersebut. Salah satunya adalah dengan mengemas satu kilogram telur dalam kotak berlabel yang dibuat semenarik mungkin dan kemudian kotak tersebut disegel. Jika perlu, di luar kemasan telur tersebut diberi cap halal agar pembeli lebih percaya dan yakin bahwa telur yang dibeli itu layak untuk dikonsumsi.
            Selain mempercantik kemasan untuk pemasaran dalam negeri, sebetulnya banyak peluang ekspor telur ayam ke negara-negara Asia dan sekitarnya. Namun, peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh civitas Indonesia, khususnya oleh pemerintah dan peternak ayam petelur lokal. Pasalnya, meskipun kualitas telur ayam Indonesia terbilang baik, tetapi tampilan luarnya berbanding terbalik dengan kualitas di dalam telurnya. Ketidakseragaman ukuran dan permukaan cangkang yang tidak steril menyebabkan negara pengimpor berpikir ulang untuk menerima telur dari Indonesia.

            Agaknya jelaslah bagi kita semua bahwa produksi dan distribusi telur ayam dalam negeri dengan keadaan seperti sekarang ini harus mulai diubah ke arah yang lebih baik. Dampaknya bukan hanya bagi individu, melainkan sampai ke pemasukan devisa negara. Dengan perubahan pola pengemasan dan pembersihan telur ayam, masyarakat akan merasa aman mengonsumsi telur. Tidak takut terkontaminasi oleh kotoran yang melekat di cangkangnya ataupun zat-zat lain yang disuntikkan ke dalamnya. Selain itu, telur ayam dalam negeri dapat memperluas pasar sampai ke luar negeri dan itu artinya menambah devisa negara.                                                                                              

Dian Nur Amalia 

0 komentar: