Rabu, 08 Februari 2012 | By: DIAN - NIDA - BLOG

MENTARI ...?

MENTARI
Di luar cahaya matahari menyengat. Seakan hendak membakar kulit penduduk bumi.Cahaya itu masuk ke celah-celah jendela kamarku.Dan bisa ditebak silaunya menerpa mataku.Aku ingin melihat matahari tak seganas ini.Aku ingin melihat cahaya matahari yang lembut dan menghangatkan hati.Tapi, sungguh tak ada lagi harapan itu. Bahkan kakakku Mentari berkata padaku “Buat apa kamu menunggu matahari itu jinak.Tak ada gunanya.Hanya akan membuatmu kecewa.”Aku tak menyangka kakakku begitu membenci matahari. 




Katanya matahari itu jahat.Hendak memakan manusia.Sengaja memancarkan cahayanya agar manusia mengaguminya.Tapi, bagiku matahari itu indah.Tak seburuk pendapat kakak.

Aneh memang, kakakku yang bernama Mentari itu paling benci yang namanya matahari.Padahal dari namanya saja bisa ditebak kalau dia itu seperti matahari.Tapi, sikapnya sungguh tak sehangat matahari.Dia bersikap dingin kepada semua orang.Termasuk aku.Namun, aku tahu betul kalau sebenarnya dia menyayangiku.Pernah sekali aku bertanya kepadanya tentang sikapnya itu. Tapi, dia malah pergi meninggalkanku dengan tanda tanya besar yang entah kapan akan ia jawab.
Dari kecil aku dan kak Mentari tinggal tidak bersama orang tua.Mereka hanya sibuk dengan bisnisnya.Mereka bekerja di Melbourne. Sampai sekarang aku dan Kak Mentari belum pernah bertemu dengan mereka sejak lima tahun yang lalu. Dan sejak itu pula perubahan sikap Kak Mentari mulai terlihat.Ia begitu dingin dan pendiam. Aku tahu, mungkin ia masih menyimpan rasa tidak senang dengan sikap orang tuaku. Tapi, apa selama itu?
Lama aku dalam lamunan, tiba-tiba terdengar suara telepon. Aku bergegas menuju ruang tamu dan mengangkat telepon.
“Assalammu’alaikum. Siapa ya?” sapaku mengawali.
“Waalaikumsalam.Ini mama nak.Ini Aisyah ya?” jawab suara nun jauh disana.
“I…iya, ini beneran mama? Ma… aku kangen sama mama. Mama kemana aja sih? Mama kenapa nggak pernah pulang ke Indonesia? Kenapa mama hanya mengirim uang? Aku inginnya mama sama papa yang datang kesini langsung. Aku dan Kak Mentari kangen kalian.”Ujarku sembari mengusap air mata yang mengalir di pipiku.

TO BE CONTINUED . . . . .

0 komentar: